
Seputarliga – Joan Laporta mengakui Barcelona sekarat akibat krisis ekonomi. Blaugrana masih dikejar utang ratusan juta euro, hingga tidak dapat membayar gaji pemain.
Barcelona menjadi klub dengan utang tertinggi di Eropa saat ini. Lembaga audit keuangan terkemuka, Deloitte, menyebut Los Cules punya tunggakan 1,45 miliar euro sekitar Rp 21,8 triliun
Tumpukan utang Barcelona didapat akibat manajemen buruk saat era kepemimpinan Josep Maria Bartomeu. Situasi semakin mencekik ketika pandemi COVID-19 menghantam pada awal 2020, yang membuat Barca kehilangan pemasukan dari tiket stadium.
Bartomeu mengundurkan diri dari Camp Nou pada Oktober 2021. Dia diduga melakukan korupsi pada Maret 2021 dan tersangkut skandal Barcagate yang membuatnya ditahan kepolisian.
Joan Laporta menggantikan posisi Bartomeu sebagai presiden Barcelona pada 2021. Satu tahun awal kepimpinannya difokuskan kepada usaha perbaikan ekonomi Blaugrana yang hancur.
Sejumlah langkah diambil Laporta untuk menyelamatkan Barcelona. Mulai dari merestrukturisasi utang, membatasi pengeluaran, hingga pemotongan gaji pemain.
Usaha tersebut rupanya tidak cukup membawa finansial Barcelona stabil.
“Kami mengadakan pertemuan pada 16 Juni untuk mendapatkan serangkaian tindakan yang disetujui guna membersihkan situasi ekonomi klub. Sangat penting untuk mencapai tingkat kompetitif tim. Ketika kami tiba, kami menemukan diri kami dalam situasi ekonomi yang sangat sulit,” kata Laporta, dilansir dari Marca.
“Kami tidak dapat membayar gaji untuk bulan itu. Kami juga memiliki bencana yang akan datang pada kami karena kami tidak memenuhi kredit dan mereka dapat menuntut 200 juta yang tidak kami miliki. Kami praktis mati,” sambungnya.
“Kami mencari solusi dengan merestrukturisasi utang, mengendalikan pengeluaran, mengurangi gaji-gaji yang besar, tetapi tidak cukup, mencari sponsor… Kami beralih dari sekarat ke ICU,”.
“DI perusahaan mana pun solusinya adalah bubar atau berpindah tangan, sesuatu yang tidak akan terjadi pada masa kepemimpinan saya. Socios akan selalu menjadi pemilik. Kami ingin menghindari tumpahan atau penambahan modal. Kami tidak akan melakukannya karena socios tidak bertanggung jawab atas situasi ini,” Joan Laporta mengungkapkan.